Petani merupakan pahlawan pangan yang memberikan kontribusi besar dalam ketahanan pangan di Indonesia. Namun persepsi terhadap profesi petani masih dipandang rendah, bahkan tak banyak generasi muda yang terjun dalam bidang pertanian. Tidak hanya minat generasi muda terhadap dunia pertanian yang rendah, namun juga ditemui permasalahan lainnya. Dalam permasalahan teknis petani juga dihadapkan dengan biaya input yang tinggi dan tidak sebanding dengan hasil panen. Saat panen raya petani dihadapkan dengan harga panen yang rendah, sedangkan saat petani membutuhkan beras, harga beras mahal. Sehingga hal tersebut menyebabkan petani tidak berdaya. Peran Pusat Studi Perlindungan dan Pemberdayaan Petani diharapkan mampu membantu petani menjadi berdaya, tidak hanya menjadi produsen saja namun petani juga menjadi konsumen, hal tersebut yang disampaikan oleh Bapak Edi Waluyo, sebagai pendiri Pusat Studi Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, LPPM UNS saat rapat koordinasi bulanan yang jatuh pada Hari Jumat 08 Januari 2021 secara daring. Bapak Widiyanto sekaligus ketua Pusat Studi Perlindungan dan Pemberdayaan Petani LPPM UNS menambahkan bahwa pentingnya Pusat Studi dalam memberdayakan petani sehingga petani bisa mandiri. Banyak permasalahan dalam bidang pertanian yang juga disampaikan dalam forum tersebut antara lain: Perlunya mengkaji isu isu tentang lingkungan, di daerah pegunungan banyak isu isu tentang pertanian dan degradasi lingkungan yang menjadi kajian penting, alih fungsi lahan yang semakin banyak dilakukan dan pentingnya mengkaji dampak dari adanya UU Cipta Kerja terhadap dunia pertanian. Ibu Haryani, salah satu anggota peer grup Pusdi Perlintan juga menambahkan bahwasannya berbicara tentang pertanian, pembangunan secara menyeluruh selalu berkaitan dengan agama, Agama bisa digunakan secara positif terhadap pembangunan.
Rapat tersebut ditutup dengan closing statement dari Bapak Edi Waluyo “hasil penelitian tidak hanya ditulis, tetapi bagaimana eksekusi dari hasil penelitian yang dihasilkan oleh Pusat Studi tersebut, bukan hanya berhenti pada penelitian, tetapi bagaimana hasil penelitian tersebut memiliki sinergi dengan pelaku usaha lainnya. Harapannya adalah peneliti tidak hanya membuat luaran naskah publikasi, namun juga menjadi konsultan petani terkait permasalahan yang dihadapi oleh petani. Pusat studi ini bukan hanya berhenti di level penelitian saja, tetapi diperlukan aksi untuk mengubah pandangan bahwa petani yang dipandang miskin, bodho, maka perlu adanya upaya untuk mengubah bagaimana petani tidak lagi dipandang lemah. Juga diperlukannya menyiapkan pola pemberdayaan berkelanjutan dengan cara temu bersama bisnis, pelaku usaha lainnya sehingga mendapatkan apresiasi dari pihak -pihak lain.