Kemajuan teknologi dari tahun ke tahun selalu mengalami perombakan. Perjalanan revolusi industri dari 1.0 hingga sekarang ini sudah bertransformasi menjadi revolusi industri 4.0. Banyak pertanyaan yang muncul dengan adanya 4.0 ini, hal tersebut menjadi perhatian para anggota peer grup Pusat Studi Perlindungan dan Pemberdayaan Petani LPPM UNS untuk menyelenggarakan Webinar “Revolusi Industri: Efisiensi Produksi atau kelatahan Konsepsi?” menjadi topik webinar yang diselenggarakan pada hari Rabu, 20 Mei 2021 secara daring.

Acara tersebut dihadiri oleh ratusan peserta yang berasal dari mahasiwa serta instansi lain baik akademik maupun non akademik Webinar tersebut diisi oleh 3 pembicara dengan topik yang relevan dengan Revolusi Industri. Ketiga pembicara tersebut ialah : Aditya Wishnu Wijaya yang mengusung materi “Basic Need and Local Consume”. Pemateri kedua yaitu Ghofur Muhammad yang mengusung materi “Pranata Mangsa as Universal Knowledge” dan pemateri terakhir yaitu Andika Yopi Setyawan yang mengusung materi dengan tema “Closed Loop Integrity”. Webinar tersebut dimoderatori oleh Widiyanto S.P, M.Si, Ph.D selaku Ketua Pusat Studi Perlindungan dan Pemberdayaan Petani LPPM UNS.

Aditya selaku pembicara pertama yang mengulik tentang Revolusi Industri dan titik beratnya. Beliau menyampiakan bahwa perjalanan revolusi industri 1.0 hingga 4.0 ini telah membawa dampak pada aspek kehidupan manusia terutama dalam bidang teknologi. Revolusi Industri 1.0 yang menekankan pada mesin uap, revolusi industri 2.0 yang menekankan pada mass production, revolusi industri 3.0 yang berfokus pada robotik hingga revolusi industri 4.0 ini yang memiliki 2 penekanan yaitu Big Data dan OIT. Titik berat 4.0 selalu berbicara bagaimana mass production, selalu bagaimana menghasilkan benefit, produksi yang skala besar. Efisiensi cost bisa ditekan, sedangkan time bisa dipersingkat. Selain itu, efek dari adanya pandemi juga memiliki dampak terhadap perekonomian Indonesia, seperti kasus PHK sehingga fenomena tersebut menimbulkan tingginya angka pengangguran Indonesia. Aditya dengan mengusung tema “Basic Need and Local Consume”  juga menyampaikan bahwa tujuan terciptanya desa adalah sebagai perdikan yang mampu memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri dan tumbuh sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah. Karakteristik desa sangatlah berbeda dengan perkotaan, dimana karakteristik desa diidentikkan dengan struktur sosial berbasis kekeluargaan, pengelolaan lahan beragam, ketersediaan dana desa, lingkungan relatif hijau serta bangkitan ekonomi yang beragam. Kebutuhan manusia terfokus menjadi dua yaitu kebutuhan dasar dan kebutuhan lanjutan. Kebutuhan dasar meliputi sekuritas air, sekuritas pangan dan sekuritas energi. Sedangkan kebutuhan lanjutannya berupa kebutuhan kesehatan, pendidikan, dan bangkitan ekonomi.

Book Tour
Lorem Ipsum is simply dumy text of the printing typesetting industry lorem ipsum.
Call Now
Lorem Ipsum is simply dumy text of the printing typesetting industry lorem ipsum.

Copyright © 2023 – PUSAT STUDI PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI – LPPM UNS